Rabu, 08 Juni 2011

Bocah Penjual Koran

Terik matahari bagai cahaya lampu di gelap malam
peluh yang tak henti mengalir sebagai tanda semangat hidup
terbiasa, keharusan atau keterpaksaan untuk sesuap nasi bertahan hidup

Bocah itu,
duduk tertunduk letih menatap tumpukan koran di pangkuannya
sesekali berdiri menghampiri pengendara saat lampu mengisyaratkan berhenti
hembusan angin malam yang menusuk tulang seakan tak terasakan

Seperti inikah kerasnya hidup
mereka harus melupakan keceriaan, kebahagiaan masa kanak-kanak
mereka harus meninggalkan kewajiban menuntut ilmu
demi kelanjutan hari esok

Entah kemana orang tua mereka
entah mengapa harus mereka, bocah-bocah lugu tak berdosa
yang menanggung nasib ini

Teriris hatiku menyaksikan adegan-adegan tak layak ini
namun tak banyak dapat ku lakukan
hanya beberapa koran yang ku terima mampu meringankan beban mereka
menghadirkan senyum tipis di wajah-wajah melas mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar