Rabu, 29 Juni 2011

Sebuah Renungan

Bisakah kita
menjadi yang terbaik, paling baik
sempurna tanpa celah
mampukah kita
selalu benar tanpa khilaf
jujur tanpa kebohongan

Tidak !
dan tidak akan pernah bisa
kesempurnaan hanya milik tuhan
tuhanlah yang bisa, yang mampu

Lalu ?
mengapa kita sombong
mengabaikan, melupakan, mengesampingkan, acuh tak acuh pada tuhan
yang lebih buruk tak mengenal tuhan

Sungguh menyedihkan !
lupakah kita pada surga dan neraka
dimana kita kan menempatkan diri kita

Minggu, 12 Juni 2011

Puisi - Puisi Kecilku

Bila diri tlah sabar
tp kedamaian tak jua menghampiri
bila hati tlah ikhlas
tp luka tak mengering
trus terasa perih
Apakah harus aku mengikuti hati, mengalah dan tenggelam dalam keterpurukan ?


                                                              ***

 
Ku tak tau harus bagaimana
menolong aku tak mampu
mengabaikan hatiku pilu, jiwa ku menjerit
seolah terjadi perang kecil di diri ini
dan air mata pengakhirnya

Apa yang harus ku lakukan
entahlah
seperti ada kebimbangan, dilema
karna ku tak mengenalnya
 
                                                             ***


Ketika cinta merasuk dalam jiwa
menancap di hati
masuk dalam nadi mengalir bersama aliran darah
menyelimuti hari-hari penuh bayangan kekasih
saat itu seribu kepalsuan
sejuta kemunafikan terlihat
menampakkan kebodohan manusia
menyembunyikan akal sehat terbalut cinta penuh nafsu

Cinta sejati nan tulus bukan nafsu dua insan yang mencinta namun cinta yang menjaga kesucian penglihatan, pendengaran, hati, perbuatan dua insan yg saling mencintai

                                                              ***
Nyanyian kepedihan hatiku tuk pria pujaan hatiku yang tlah lama menjadi raja menempati istana hatiku bertahta memimpin seribu langkah di tempatku berpijak, namun tak kunjung menyentuh cintaku tuk mendampingkan ku sebagai ratu yang kan menemani hidupnya sampai akhir menjemput

Rabu, 08 Juni 2011

Lima Tahun

Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar
meski begitu
semangat hidupmu, raut wajahmu
masih dapat jelas ku ingat
saat kau tersenyum, tertawa, bersedih, menangis
bahkan saat kau terlelap
tiada satupun yang hilang dari ingatanku tentangmu
hadirmu pun masih nyata ku rasakan

Perpisahan lima tahun
tak menyurutkan rasa sayang dan cintaku padamu
tak membuatku melupakanmu, menghapus semua kenangan bersamamu
tak membungkam mulutku tuk berhenti mengisahkanmu pada orang lain

Mama
kepergianmu lima tahun ini dan u/selamanya
menyisakan sejuta kenangan dihati
meninggalkan kepedihan dan air mata

Mama
dirimu, hari itu dan 9 juni takkan musnah dari memori otakku
iya inilah takdir tuhan dan ujian ketabahan u/kami semua
semoga doa-doaku mudahkan jalanmu disana

Pernahkah ?

Pernahkah kau merasa hatimu hancur berkeping
karna cinta tak terbalas
karna dusta penghianatan kekasih

Pernahkah kau merasa nafasmu sesak
karna rindumu terpendam
karna cinta tak adil padamu

Pernahkah kau merasakan
keterpurukan, kesedihan, kesepian, kehancuran
karna luka mendalam hingga aliran darahmu seolah terhenti, nadimu tak berdenyut, udara segar tak dapat kau rasakan dan kematian jalan terbaik terakhir untukmu

Bila pernah
kekasih adalah nyawa hidupmu
cinta, kasih, sayang adalah aliran darahmu, denyut nadimu, nafasmu

Jika kau menghianati, mendustai, menghancurkan hati kekasihmu
kau telah memebunuh hidupmu
menghentikan jalan hidup dalam dirimu
karna karma kan menemanimu hingga akhir hidupmu

Bocah Penjual Koran

Terik matahari bagai cahaya lampu di gelap malam
peluh yang tak henti mengalir sebagai tanda semangat hidup
terbiasa, keharusan atau keterpaksaan untuk sesuap nasi bertahan hidup

Bocah itu,
duduk tertunduk letih menatap tumpukan koran di pangkuannya
sesekali berdiri menghampiri pengendara saat lampu mengisyaratkan berhenti
hembusan angin malam yang menusuk tulang seakan tak terasakan

Seperti inikah kerasnya hidup
mereka harus melupakan keceriaan, kebahagiaan masa kanak-kanak
mereka harus meninggalkan kewajiban menuntut ilmu
demi kelanjutan hari esok

Entah kemana orang tua mereka
entah mengapa harus mereka, bocah-bocah lugu tak berdosa
yang menanggung nasib ini

Teriris hatiku menyaksikan adegan-adegan tak layak ini
namun tak banyak dapat ku lakukan
hanya beberapa koran yang ku terima mampu meringankan beban mereka
menghadirkan senyum tipis di wajah-wajah melas mereka

Aku Rela

Kan kubiarkan kau pergi
terhanyut bersama ombak-ombak keindahan dan kenikmatan yang membuaimu
lelah ku menahanmu tuk tetap disini menemaniku

Cintaku, kasihku, tawaku, air mataku kini tak mampu lagi menyentuh relung hatimu
bahkan nafsu tlah menulikan pendengaranmu dari jeritan hatiku

Pudarkah cintamu
terkikiskah kasihmu
atau memang tak pernah ada

Bertahun-tahun kusandarkan hatiku, kuserahkan hidup matiku, kubuktikan kesetiaanku
Mengapa kau tinggalkan kenangan tak terlupa dihidupku
kemana janji-janjimu u/ku
mana kata-kata indah yang kau ucap
semua palsu, tipu dayamu tuk meraih keinginanmu

Ku takkan mengusik hidupmu kembali
pergilah sesukamu
meski hatiku terluka namun tiada penyesalan kurasa
aku rela bila harus sendiri merajut hari tanpamu

Bapak Penjaja Es Keliling

Meniti kerasnya kehidupan diatas panggung penuh kepalsuan
merajut mimpi diujung sinar bulan bintang
tuk sesuap nasi dihari ini dan jelang hari esok
menyimpan air mata dipelupuk
memendam dalam-dalam kepedihan
menyembunyikan keputus asaan
tuk dapat bertahan hidup
inilah jeritan suara hati bapak penjaja es keliling

Rambut yang memutih, langkah yang tertatih, usia yang tlah senja
dan dalam kesuksesan anak-anaknya
tak lantas membuatnya berubah, terangkat menjadi lebih baik
duduk, diam, bersenda gurau menikmati hari tua bersama anak cucu
atau mungkin inilah yang terbaik baginya

Seingatku,
di halaman sekolah SD ku
di halaman sekolah SMP ku
di halaman sekolah SMA ku
ku lihat bapak itu menjajakan es-esnya
bahkan di tahun keempat kelulusan sekolahku
ku temui bapak itu dengan gerobak esnya di simpang jalan

Ku tak mengerti
tak habis pikir
kemana anak-anak yang tlah dibesarkannya
dan tlah terwujudkan mimpi-mimpinya
lupakah mereka

Terbesit di benakku
aku berharap
semoga bapak itu bukan korban kedurhakaan anak-anaknya

Dua Ruang untuk KIta

Kita tak pernah tau apa yang kan terjadi esok
kita tak pernah tau berapa banyak dosa dan pahala yang kita miliki
kita tak pernah tau saat sang khalik kan memanggil kita
dan kita sering melupakan kapan kan berserah diri tuk menghapus dosa, mensucikan hati dan meninggalkan kenikmatan dunia yang di hias-hiasi keindahan oleh syetan

Hanya diri kita dan tuhan yang mengetahui
siapa diri kita sebenarnya
bagaimana kita menjalani hidup
dan apa yang tlah kita lakukan

Tuhan hanya menciptakan dua ruang
kita lah yang memilih
dan kita harus menentukan dimana kita kan bernaung

Bertanyalah pada diri kita
tuhan tlah memberi waktu panjang, tempat-tempat indah nan suci, panggilan ibadah yang merdu
inginkah kita menempatkan diri kita pada neraka ?

Tidak !,
tentu lah tidak !,
surga lah tempat kita
taman emas tuk kita makhluk tuhan yang berhati suci, tawakal, lg penuh kesabaran